KONSELING/TERAPI KELOMPOK
(dalam Yalom, 1975 dan Johana, 1994)
Salah satu intervensi dalam konseling
Lebih intensif
Lebih menekankan pengalaman emosi terkoreksi
Anggota biasanya mempunyai masalah emosi yang berat
KELEBIHAN KONSELING/TERAPI KELOMPOK
Praktis
Anggota belajar berlatih perilakunya yang baru
Kelompok dapat dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman
Anggota belajar ketrampilan sosial, belajar berhubungan pribadi lebih mendalam
Kesempatan dan menerima di dalam kelompok
KELEMAHAN KONSELING/TERAPI KELOMPOK
Tidak semua orang cocok dalam kelompok
Perhatian konselor lebih menyebar
Sulit dibina kepercayaan
Klien mengharapkan terlalu banyak dari kelompok
Kelompok bukan dijadikan sarana berlatih melakukan perubahan, tetapi sebagai tujuan
Yang
terpenting dalam konseling/terapi kelompok adalah konselor/terapis
harus mempunyai dasar teori dan terlatih untuk memimpin kelompok, karena
dikuatirkan membuat lebih buruk keadaan
BEBERAPA CONTOH TUJUAN KONSELING/TERAPI KELOMPOK
Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
Belajar berkomunikasi dengan orang lain
Belajar untuk lebih akrab dengan orang lain
Belajar untuk bergaul dengan sesama atau lawan jenis
Belajar untuk memberi dan menerima
Menjadi peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
Meningkatkan kesadaran diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih
KONDISI KLIEN YANG TIDAK DIREKOMENDASIKAN
Klien dalam keadaan kritis
Klien sangat takut berbicara dalam kelompok
Klien menunjukkan perilaku yang menyimpang
Klien dalam keadaan psikotik akut
Klien sangat agresif
Klien sangat tidak menyadari akan perasaannya, motivasinya dan perilakunya
FAKTOR-FAKTOR KURATIF DALAM KONSELING /TERAPI KELOMPOK
Menurut Yalom (1975) ada 11 faktor kuratif dalam konseling/terapi kelompok, yakni :
1. Pembinaan Harapan
Harapan
klien untuk berubah akan membuatnya bertahan dalam konseling. Apalagi
bila ada temannya yang berhasil sebagai saksi dalam konseling.
2. Universalitas
Klien
sering beranggapan bahwa dia sendiri yang memiliki masalah dan
masalahnya itu unik yang orang lain tidak akan pernah memiliki. Namun
ketika klien tahu berbagai masalah yang juga unik yang dihadapi oleh
anggota kelompok, maka dia akan merasakan dirinya tidak sendiri, tidak
terisolasi.
3. Penerangan
Penerangan
bersifat didaktis yang dapat dilakukan oleh profesional atau anggota.
Misal, cara belajar yang baik, cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik
kesehatan mental.
4. Altruisme
Konseling/terapi
kelompok melatih anggota menerima dan memberi. Mungkin selama ini dia
menganggap dirinya sebagai beban keluarga, namun dalam konseling
kelompok dia bisa berperan penting bagi orang lain. Dia dapat menolong,
memberikan dukungan, keyakinan, saran-saran pada anggota lain, sehingga
dapat meningkatkan harga dirinya, merasa berharga.
5. Pengulangan Korektif Keluarga Asal
Konselor,
asisten konselor dan anggota kelompok dapat dipandang sebagai
representasi dari keluarga asal klien. Klien seperti mengulang
pengalaman masa kecilnya dalam keluarga asal. Dari sini klien akan
belajar perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain.
6. Pengembangan Teknik Sosialisasi
Umpan balik balik dari anggota akan menolong klien untuk merubah sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain.
7. Peniruan Perilaku
Seringkali
klien memperoleh manfaat dari pengamatannya dalam proses konseling
kelompok. Klien dapat mengamati dan meniru cara konselor maupun
anggotalain dalam bersikap, memecahkan masalah.
8. Belajar Berhubungan dengan Pribadi Lain
Kelompok
merupakan mikrokosmik sosial. Jika klien dapat berhasil berinteraksi
dengan baik dalam kelompok, maka pengalaman ini dapat diharapkan untuk
dilakukan di luar kelompok.
9. Rasa Kebersamaan
Rasa
tertarik anggota pada kelompok dapat membuat rasa bersatu, satu anggota
dengan yang lain bisa saling menerima, sehingga dapat membentuk
hubungan yang berarti dalam kelompok.
10. Katarsis
Katarsis
merupakan faktor penyembuh dalam konseling kelompok. Klien datang
dengan penuh gejolak emosi, dalam konseling klien dapat
mengekspresikannya dengan bantuan konselor maupun anggota lainnya.
11. Eksistensi
Kadang-kadang
ada klien yang menganggap bahwa hidup ini tidak adil dan tidak
seimbang. Klien kemudian mempertanyakan tentang hidup dan mati. Di
dalamkonseling kelompok topik seperti ini dapat timbul dan didiskusikan.
Tanggapan dan dukungan dari anggota lain akan sangat banyak menolong.
TIPE PENDEKATAN KELOMPOK
1. Konseling/terapi dalam kelompok
Bentuk
ini adalah pendekatan individual yang dilakukan di dalam kelompok.
Selama proses konseling/terapi, anggota lain hanya menjadi pengamat.
2. Konseling/terapi dengan kelompok
Biasanya
ditemui dalam kelompok temu ataupun kelompok-T. Aktivitas di dalam
kelompok ditentukan oleh anggota. Konselor hanya bertindak sebagai expert participant.
3. Konseling/terapi mengenai kelompok
Bentuk
ini lebih menekankan pada interaksi antar anggota. Fokus pada
di-sini-dan-saat ini.Bentuk kelompok ini lebih menekankan pada saling
membantu, memberikan dukungan dan menunjukkan model perilaku yang sehat.
Konselor selaku pemimpin bertindak sebagai pengamat luar / outside observer, dan sebagai peserta pakar.
TAHAP-TAHAP KONSELING/TERAPI KELOMPOK
A. Persiapan
Menerangkan pada calon klien tentang konseling kelompok
Tanggungjawab klien dalamkelompok
Keuntungan yang diperoleh bila bergabung
Tentang hari,waktu, lama pertemuan
Tentang kelompok tertutup dan terbuka
Setelah persiapan selesai :
1. Perkenalan diri
2. Agenda : tujuan yang akan dicapai dalam kelompok.
Ada 2 macam agenda : a. Agenda Jangka Pendek, b. Agenda jangka Panjang
3. Norma Kelompok
Tentang kerahasiaan
Tentang kehadiran
Umpan balik adalah untuk kepentingan anggota lain
Pemberian penghargaan pada apa yang telah dilakukan anggota lain
4. Penggalian Ide dan Perasaan
Sebelum
pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun
perasaan-perasaan yang muncul.Usul-usul perlu ditampung. Ini penting
utnukmenjaga rasa positip anggota terhadap kelompok.
B. Transisi
Merupakan
saat transisi antar awal konseling dengan konseling sesungguhnya. Di
sini anggota dapat menjadi ambivalen. Dia merasa enggan harus membuka
diri. Dalam keadaan demikian dibutuhkan ketrampilan sebagai ”leader”.
1. Kepekaan waktu
Kapan harus melakukan konfrontasi
Kapan harus memberi dukungan
Peka terhadap kebutuhan anggota saat itu.
2. Observasi pola perilaku
Perlu memperhatikan anggota yang selalu menyita waktu
Anggota yang pasif
Anggota yang selalu mencela, dsb.
3. Pengenalan suasana emosi
Suasana
emosi dapat dikenal melalui reaksi pemimpin terhadap suasana di
dalamkelompok. Reaksi perasaan pemimpin dapat dipakai sebgai barometer
suasana emosi kelompok.
C. Kerja Kelompok
Ada
interaksi dalam anggota kelompok yang ditandai dengan tingkatan moral
yang tinggi dan rasa memiliki kelompok yang tinggi pula.
D. Terminasi
Di sini ada evaluasi : apa hasil yang dicapai agar ganjalan-ganjalan selama proses konseling terungkapkan.
TUGAS-TUGAS PEMIMPIN KONSELING/TERAPI KELOMPOK
1. Membuat dan mempertahankan kelompok
2. Membentuk budaya, membentuk kelompok menjadi sistem sosial yang terapeutik
3. Membentuk norma-norma :
Pemimpin dapat berlaku sebagai
a) Pakar Teknis : bagaimana mengarahkan yang positif, self-disclosure disini dan saat ini
b) Keteladanan : penerimaan tanpa penilaian, ketulusan dan kesediaan menolong, empati yang akurat dan spontanitas
PERILAKU PEMIMPIN KELOMPOK YANG EFEKTIF
Secara umum seorang leader harus penuh penerimaan, perhatian,empati, dan tulus. Selain dari itu :
1. Mendengarkan dengan aktif
2. Mengamati
3. Memberi umpan balik
4. Menghubungkan
5. Melakukan konfrontasi
6. Menanyakan
7. Mempunyai kemampuan membuat iluminasi proses dapat
memberikan komentar pada apa yang terjadi selama pertemuan, apa yang
menonjol, apa yang istimewa, siapa yang sudah aktif, siapa yang masih
pasif. Juga dikemukakan apa yang telah dilakukan oleh anggota yang belum
dilakukannya sebelumnya
8. Bertanggung jawab